Kamis, 04 April 2013

Batuklah Sekencang-kencangnya saat Alami Serangan Jantung

Batuklah Sekencang-kencangnya saat Alami Serangan Jantung
Serangan jantung menjadi momok pembunuh nomor dua di Indonesia. Terlebih lagi, kematian akibat serangan jantung tak hanya menimpa orang berusia lanjut. Orang-orang berusia relatif muda pun mengalami serangan tersebut. Satu di antaranya presenter Ricky Jo yang meninggal akibat serangan jantung.

Ada yang menyarankan untuk batuk kencang-kencang saat mengalami gejala serangan jantung mendadak. Saran itu benar rupanya. Itu dikatakan Direktur Utama Rumah Sakit Harapan Kita, Hananto Adriantoro, saat temu media pengenalan alat jantung Bioresorbable Vascular Scaffold (BVS) di Jakarta.

Menurutnya, batuk merupakan cara mengurangi risiko denyut jantung yang melambat, yang akhirnya bisa berhenti. Saat denyut jantung berhenti, sel-sel jantung tak akan menerima pasokan oksigen. Sehingga, sel-sel jantung akan mati bila tak segera mendapat pertolongan.

“Saat serangan jantung kemungkinan denyut jantung melambat menjadi 30-40 per menit dari kondisi normal 90-100 detak per menit. Berbatuk merupakan cara untuk mencegah denyut jantung melambat. Namun pasien harus secepatnya dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menyelamatkan nyawa,” kata Hananto.

Hananto menjelaskan angka penderita serangan jantung terus meningkat. Jumlah kunjungan pasien serangan jantung yang datang ke RS Jantung Harapan Kita mencapai 114 kasus perbulan.

"Rata-rata 100-150 pasien bulan lalu," kata Hananto. Menurutnya, waktu menjadi krusial saat menolong pasien serangan jantung karena berkejaran dengan Malaikat Maut.

“RS Jantung Harapan Kita memiliki standar menolong pasien serangan jantung dalam 90 menit. Saat ini kami bisa mencapai angka 89 menit," kata dia.

Teknik berbatuk, yang juga lazim disebut sebagai cough CPR. Cara itu memaksa darah mengalir ke otak saat jantung gagal melakukannya dan. Sehingga pasien tetap sadar dalam jangka waktu lama.

Sementara si penolong mencari bantuan medis. Batuk juga berfungsi memperbaiki irama jantung. Itu dikatakan ahli jantung di Silesian Medical School di Polandia, Tadeusz Petelenz.(Go4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar