Jumat, 19 Oktober 2012

Lawan Bakteri dg Virus


Melawan Penyakit Akibat Bakteri dengan Virus (Bacteriophage)

 
Virus melumpuhkan bakteri
Steve Earl menderita infeksi akibat bakteri stafilokokus. Obat-obatan Amerika miliknya tidak memberikan solusi apapun, hingga berlanjut amputasi pada kakinya. Dalam keputusasaan tersebut Steve terbang ke Georgia, ke pusat medis phagotherapy di Tbilissi. Beberapa minggu kemudian ia berangsur-angsur pulih. Sebuah keajaiban? Bukan. Dia menjalani pengobatan dengan prinsip “musuh dari musuhku adalah temanku

Lebih kuat dari antibiotik
Georgia merupakan salah satu dari banyak negara yang melawan infeksi dengan menggunakan virus bakteriofaag (pemakan bakteri). Saat ini penggunaannya sudah meluas meliputi conjunctivitis, otitis, dan infeksi luka terbuka akibat staphylococcus. Di Georgia, semua orang pernah dirawat dengan menggunakan bakteriofaag sekurang-kurangnya 1 kali dalam hidup mereka. Ide untuk penggunaan virus sebagai antibakteri pertama kali diutarakan pada tahun 1920. Maraknya firma farmasi mengkomersilkan penggunaan bakteriofaag untuk merawat disentri, kolera, infeksi akibat Staphylococcus aureus maupun Eschericia coli. Kemudian seiring berjalannya waktu, penemuan antibiotic menyebabkan penggunaan bakteriofaag dianggap kurang mumpuni.
Berlawanan dengan virus, antibiotic merupakan molekul kimia yang inert: mudah fabrikasinya, mudah standardisasinya, mudah distribusinya dalam jumlah yang besar, dan juga cepat bereaksi sebagai perlindungan terhadap bakteri. Sayangnya saat ini banyak antibiotik yang resisten.
April 2010, Laurent Debarbieux mempublikasikan suatu penelitian mengenai infeksi paru oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dilawan dengan virus PAK-P1. Penderita yang menggunakan metode ini resisten terhadap infeksi ( sulit untuk terinfeksi) bakteri tersebut. Jadi, dapatkah menggunakan virus sebagai pencegah perkembangbiakan bakteri? Ya. Di Amerika seperti yang akan dijabarkan lebih lanjut menggunakan bakteriofaag berupa Listex yang dapat melawan penyakit listeriosis
Virus Landing On Bacteria for Real
Menghancurkan sel tumor
Ide penggunaan virus untuk menghancurkan sel tumor berkembang sejak tahun 1912, awalnya saat itu virus digunakan untuk menghancurkan sel kanker rahim. Menurut penjelasan Jean Rommelaire dari pusat penelitian kanker di Heidelberg, mekanisme pertahanan dalam sel tumor berubah sehingga memudahkan virus untuk memasukinya dan bermultiplikasi.
Kemudian pada penelitian selanjutnya ia menemukan bahwa jenis virus tertentu, seperti parvovirus yang biasanya menyebabkan influenza, tidak menyerang sel sehat melainkan sel ganas saja. Dari situ berkembang selanjutnya untuk perawatan kanker prostat, carcinoma, melanoma, dan jenis-jenis kanker lainnya. Lalu karena pada tumor otak virus tidak dapat dengan mudah melewati sawar darah otak (blood brain barrier), virus tersebut dimodifikasi secara genetik sehingga pada akhirnya dapat menyembuhkan tumor serebral.
virus vs tumor cell
Virus yang kita inginkan manfaatnya
Pemakan Bakteri, yakni virus yang hanya menginfeksi bakteri, dianggap ampuh untuk mengeliminasi pathogen-pathogen tertentu dalam saluran pencernaan.
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2006 menyetujui penggunaan bakteriofag yang secara umum dikenal tidak bersifat offensive, sebagai zat tambahan pada makanan, untuk melawan bakteri pathogen seperti Lysteria monocytogens. Bakteri ini bertanggungjawab terhadap penyakit listeriosis, suatu penyakit yang memiliki potensi parah pada penderita yang rentan. Salah satu sediaan zat tambahan makanan yang mengandung bakteriofaag yakni LISTEX P100 dapat digunakan pada makanan mentah (tidak dimasak) atau yang dimasak.
Dalam suatu studi Amerika baru-baru ini dievaluasi keampuhan dari sediaan yang dapat melawan bakteri Listeria monocytogenes dalam ikan salmon mentah. Evaluasi dilakukan berdasar faktor berikut: fungsi terhadap dosis bakteriofag, lama kontak, temperatur, dan durasi penyimpanan. Berdasarkan penelitian P100 menghambat secara sempurna pertumbuhan dari bakteri dalam kondisi apapun. Di dalam jaringan daging ikan salmon, keampuhan sediaan berfungsi sesuai dengan densitas di dalam jaringan. Berdasarkan pengamatan, terdapat pengurangan yang signifikan dari pertumbuhan bakteri pada konservasi daging ikan salmon selama 10 hari dengan suhu 4°C. Studi menunjukkan fakta medis bahwa sediaan tersebut stabil dalam kondisi pendinginan seperti ini.
Cara Kerja Bakteriofag
Bakteriofag dapat ditemukan di tanah, di air, maupun pada beberapa produk makanan (daging, sayuran, produk susu). Kita membedakan faag ini menjadi virus dan temperatur yang memiliki cara kerja berbeda. Di mana virus menembus masuk dari dinding seluler bakteri, dan bermultiplikasi secara cepat tanpa berintegrasi dengan DNA sel inang, sementara temperatur meningkatkan suhu bakteri dengan berintegrasi dengan DNA sel inang. Dalam aplikasi antibakteri, kemampuan melisiskan sel tanpa DNA ini yang direkomendasikan.
cara kerja bakteriofag
Penggunaan bahan kimia seperti (ozone, chlor) dan juga pemaparan fisik (paparan terhadap sinar UV, pasturisasi) juga merupakan metode kontrol, namun sayangnya dapat merusak atau mengubah kualitas dari produk. Penggunaan bakteriofaag sebagai agen antibakteria untuk melawan pathogen-patogen tersebut, merupakan suatu alternatif yang menarik. Dalam opini publik bulan April 2009, para ahli dari EFSA mempertimbangkan bahwa dalam kondisi khusus bakteriofaag mungkin dapat sangat efektif dalam menghilangkan pathogen-patogen dalam saluran pencernaan. Para ahli tersebut merekomendasikan untuk penelitian lebih lanjut mengenai persistensi bakteriofaag dalam saluran pencernaan dan kapasitasnya untuk mencegah rekontaminasi.
Nah setelah membaca ulasan ini pernah gak terpikirkan kenapa orang tua jaman dulu minum air keran tapi gak kena diare? Jawabannya simpel. Di dalam air keran itu ada virus bakteriophage yang kalau diminum malah menyebabkan bakteri penyebab diare dan penyakit sejenis malah mati. Ini bukan sekedar joke atau main-main lho… malahan dulu pernah diteliti (oleh Ernest Hanbury Hankin) kalau minum air sungai Gangga dan Yamuna di India bisa menyembuhkan penyakit kolera. Kemudian ahli bakteriologi (Frederick Twort) sampai membuat postulat mengenai hal ini, namun terhenti karena perang dunia pertama
Mohon maaf jika ada kata-kata yang sulit dimengerti atau diksinya buruk karena bacaan disadur dari artikel bahasa perancis (dan kemampuan bahasa perancis saya menengah ke bawah :p lol), saya juga sengaja tidak memakai google translate atau transtool dan sejenisnya karena takut malah tambah lebih kacau.
sumber:
1. Kolom Kesehatan Majalah “Ça m’interesse” N°352 edisi Juni 2010. www.caminteresse.fr
2. http://duchampalatable.inist.fr/spip.php?article74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar